07 May 2009

Repetisi

Osman mengisap rokoknya dalam-dalam. Sembari memilah-milah saluran televisi mana yang pantas menemaninya malam ini. Setelah membandingkan dengan cermat dan seksama antara sinetron yang tidak menampilkan apapun kecuali close-up muka pemainnya dengan berlebihan dan berita seputar maling jemuran yang dihakimi massa dengan cara digantung terbalik di atas api dengan temperatur yang cukup untuk meleburkan besi (Osman merasa dia mengkhayalkan yang satu ini, tapi dia tidak terlalu peduli), dia melempar remote televisinya ke atas kasur, kesal karena harus menghadapi kenyataan bahwa kotak bodoh di depannya itu tak bisa menghiburnya barang secuil.

Sebenarnya, bukan televisinya yang membuat Osman kesal. Dia tahu, bahwa malam ini, malam-malam seperti ini, adalah malam-malam dimana tidak ada satu hal pun yang bisa membuatnya tidak memikirkan hal itu. Dan dia sangat-sangat membutuhkan pengalihan perhatian saat ini. Tadinya dia berharap banyak pada televisinya, tapi ternyata kotak tolol itu memang tak bisa diandalkan.

Osman naik ke atas kasurnya seraya mengumpat pelan, lalu bergelung cemas, menantikan letupan-letupan gelisah dan kelebatan-kelebatan kenangan. Dia memejamkan matanya, mencoba tidur, walaupun dia sadar betul bahwa tidur adalah hal terakhir yang diijinkan oleh hatinya saat ini.

Dan dia menunggu.

Osman menegakkan badannya. Dia merasa marah. Atau takut? Dia pun tak tahu. Tapi cukup. Dia tak mau lagi. Dia tak sudi membiarkan dirinya dipermainkan oleh hantu yang tak ada. Yang bermil-mil jauhnya. Yang bahkan belum ada 6 bulan dikenalnya.

Osman membetulkan letak duduknya, dan menyalakan kembali rokoknya yang belum ada lima menit yang lalu dia matikan.


Dan dia mengisap rokoknya dalam-dalam. Sembari memilah-milah saluran televisi mana yang pantas menemaninya malam ini.

7 comments:

  1. karunya teuing
    saha yg baru 6 bulan kenal teh man?
    jurig nu mana deui? hahaha

    ReplyDelete
  2. man, ini comment pertama gua.. hahahah..
    pertama, gua suka tulisan-tulisan lo krn gua ga pernah bayangin org kaya lo bisa nulis beginian jugaa... dan cara lo menyampaikan sesuatu dalam bentuk tulisannya juga cara yang enak dibaca dan punya ciri khas lo sendiri...

    tapiiii i want to give u a critical thing to make u better in writing (not to let u down).. hal-hal yang menurut gua masih bisa lo kembangin di tulisan yang ini adalah lo kurang menyampaikan inti dari kegiatan galau lo ini, dimana kl lo membuat inti ceritanya mau dibawa kemana, tulisan ini pasti bisa lebih bagus lagi...... yg kedua, i think u better to refer yourself as 'gua/aku/saya' rather than using your real name..

    overall, it's a nice shoot of you to know that u can make something really light to be attractive to read..

    ReplyDelete
  3. Tang, thanks a million for your advice. True, i'm having a trouble to deliver the core from a story. I was just typing clueless. Wishing that the words would put themselves together. hahahahha.
    I'll try to be better next time!
    Thanks again for the support..

    One thing that keeps bugging me,
    "pertama, gua suka tulisan-tulisan lo krn gua ga pernah bayangin org kaya lo bisa nulis beginian jugaa"

    Ehm.
    What was that supposed to mean?

    And i have my own reasons for using "Osman" as the subject.

    Anyway, THX A LOOOT!!

    ReplyDelete