26 May 2009

Entahlah

Aku pernah mengenalmu, berbicara padamu. Menghiburmu pada saat kau sedih dan membiarkan kepala dan hatimu bersandar di bahuku. Aku pernah berlari padamu saat aku muak dengan hidup, saat aku tersesat di jalan sempit bernama kenyataan.

Dan kau membisikkan kata-kata indah itu padaku. Ajaib, itu membuatku mampu bernafas lagi.

Kita pernah sedekat itu. Atau setidaknya aku pernah merasa sedekat itu denganmu.

Entahlah.

Aku tahu duniamu berbinar dan berkilauan. Aku tahu hidupmu berlebih dan tanpa beban. Aku tahu teman-temanmu menghiburmu dengan berkelas dan mewah.

Aku tahu kau cerdas. Aku tahu kau berbakat. Aku tahu kau menarik. Aku tahu kau dicintai.

Aku tahu duniaku redup dan tak berwarna. Aku tau hidupku berantakan dan bermasalah. Aku tahu, bahwa aku tak punya teman.

Aku tahu aku bodoh. Aku tahu aku terkutuk. Aku tahu aku membosankan. Aku tahu aku sendirian.


Tapi, tak bisakah kita sekedar berteman? Sekedar saling meringankan beban dan berbagi keceriaan?

Aku ingin kembali. Ke saat di mana kau hanya butuh penjelasan atas luka yang dunia torehkan.


Dan aku akan menjawab semampuku.

Aku Ingin

Aku ingin berlari.
Menjauh dari bayanganku sendiri.
Mengabaikan aroma kota ini yang selalu membuatku merindu.
Mengacuhkan suara tarikan nafasmu yang bagiku seolah candu.

Aku tak tahu seberapa jauh lagi aku mampu berlari.
Dengan sebelah kaki dan rasa sakit yang tak terperi.
Mampukah aku pergi?
Mampukah aku bertahan melewati malam hingga pagi?

Aku merasakan dunia bergetar.
Menggoyahkan asaku dan memaksaku gemetar.
Mencabik harapan dan tanyaku semampunya.
Menggiring anganku menuju kehampaan selamanya.

Aku ingin meloncat lebih tinggi.
Merasakan angin malam membelai dan membawaku pergi.
Aku ingin menghilang tak berjejak.
Tapi aku masih di sini, terbujur diam dan tak beranjak.

18 May 2009

My Biased Adherence

Here i am, standing outside your door.
Waiting for salvation, like never before.
Would you kick me out, or would you let me in?
Sleeping in your shelter, i've never been.

But the courage never came, i left instead.
Tears were flown, for many things unsaid.
As the moonlight faded, these eyes became red.
I tried to stop crying, and crawling to my bed.

Should i scream or should i dream?
Or should i throw my head to a concrete beam?
Dear God, do you really care?
Do you know that this pain is too much for me to bear?

Do you hear me when i whisper?
Calling your name in the moments i shiver?
Or am i too naive?
For trying to get out from this grief?

Well,

Love, is something i used to feel.
Now i can't even tell, which one is fake and which one is real.

07 May 2009

Repetisi

Osman mengisap rokoknya dalam-dalam. Sembari memilah-milah saluran televisi mana yang pantas menemaninya malam ini. Setelah membandingkan dengan cermat dan seksama antara sinetron yang tidak menampilkan apapun kecuali close-up muka pemainnya dengan berlebihan dan berita seputar maling jemuran yang dihakimi massa dengan cara digantung terbalik di atas api dengan temperatur yang cukup untuk meleburkan besi (Osman merasa dia mengkhayalkan yang satu ini, tapi dia tidak terlalu peduli), dia melempar remote televisinya ke atas kasur, kesal karena harus menghadapi kenyataan bahwa kotak bodoh di depannya itu tak bisa menghiburnya barang secuil.

Sebenarnya, bukan televisinya yang membuat Osman kesal. Dia tahu, bahwa malam ini, malam-malam seperti ini, adalah malam-malam dimana tidak ada satu hal pun yang bisa membuatnya tidak memikirkan hal itu. Dan dia sangat-sangat membutuhkan pengalihan perhatian saat ini. Tadinya dia berharap banyak pada televisinya, tapi ternyata kotak tolol itu memang tak bisa diandalkan.

Osman naik ke atas kasurnya seraya mengumpat pelan, lalu bergelung cemas, menantikan letupan-letupan gelisah dan kelebatan-kelebatan kenangan. Dia memejamkan matanya, mencoba tidur, walaupun dia sadar betul bahwa tidur adalah hal terakhir yang diijinkan oleh hatinya saat ini.

Dan dia menunggu.

Osman menegakkan badannya. Dia merasa marah. Atau takut? Dia pun tak tahu. Tapi cukup. Dia tak mau lagi. Dia tak sudi membiarkan dirinya dipermainkan oleh hantu yang tak ada. Yang bermil-mil jauhnya. Yang bahkan belum ada 6 bulan dikenalnya.

Osman membetulkan letak duduknya, dan menyalakan kembali rokoknya yang belum ada lima menit yang lalu dia matikan.


Dan dia mengisap rokoknya dalam-dalam. Sembari memilah-milah saluran televisi mana yang pantas menemaninya malam ini.

05 May 2009

A Fat Mass Iron

Tadi ada temen gw yang protes lewat y!m tentang 'about me' gw seperti yang tercantum di bawah ini:

"H***f A*** P.: I am a son's fart, a fat mass iron. I am fast sonar, a mafia's snort. I am a madman's homo fart
H***f A*** P.: parah mnh
H***f A*** P.: bangga"
(nama si pemrotes gw sensor untuk menghindari adanya teror lewat hape yang akan merepotkan bang Roy Suryo nanti).

Emang sih, kalo diliat sekilas kayanya artinya ga enak banget. Siapa sih yang mau disamain ama kentut? Hehe.
Tetapi teman-teman, kalau kalian cerdik dan lincah tapi sopan seperti kancil, niscaya kalian akan menemukan pesan di balik kata-kata tersebut.

Oke, jadi ini dia soalnya:

I am a son's fart, a fat mass iron.
I am fast sonar, a mafia's snort.
I am a madman's homo fart

I'll give you some clues:
1. ABCDEFGHIJKL.
L-D-C-G-B-A-E-F-H-J-K-I, D-H-G-I-C-J-B-F-L-K-A-E.
(if you could solve this, i think you'll be able to solve the second sentence).
2. For the last sentence, you'll have to use the complete one.
(you have to know me quite well to know this, though).

So, good luck!!

Stable Seat

Okey.


Setelah membaca beberapa blog punya orang lain, gw menyimpulkan ada semacam "kewajiban" buat para blogger untuk menjelaskan arti dari nama blognya.


Jadi,


Banyak hal terjadi di hidup gw. Good things and bad things. Dan semua itu membuat gw berada di posisi gw sekarang. Posisi di mana gw kadang ngerasa nyamaaann banget. Kadang.


Dan kadang gw ngerasa bahwa gw ga maju-maju.


Yap.


Ga maju-maju.


Gw kadang ngerasa bahwa semua hal yang bikin gw nyaman ini, justru nahan gw untuk bisa beraktifitas semau gw. Berimajinasi seliar mungkin. Beraksi tanpa perencanaan. Bercinta tanpa paksaan (lho?).


Yah, kira-kira begitulah.





When you are gifted a nice seat, but you are stabled for it's worth.

Just An Ordinary Day

Hap!



Finally! A blog!



Oke! Postingan pertama!



Bahas apa ya? Politik gw ga ngerti, gosip gw ga suka. Review musik indonesia? Ah sama semua. Or should i say, alay? (ada yang bisa jelasin artinya alay?).



Hm....
.
.
.
.
....ntar lagi aja lah gw coba lagi. Sekarang bener-bener ga punya ide.