24 August 2009

Saya Kira Suara Saya Bagus.



Tetangga yang baik, maafkan jiwa musik saya yang menggebu-gebu ya. Lain kali saya joget ular aja deh kalo ga bisa tidur.

21 July 2009

Hidup Sendirian Memang Tidak Banyak


Ini sajalah, yang tiga ribu.

23 June 2009

Kok Terbalik?

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang —sehingga dapat dipaksakan— dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai kesejahteraan umum.

Sedangkan menurut artikel Kompas di bawah ini, Pemerintah Kota Depok mengenakan pajak untuk biaya pendidikan terhadap kegiatan belajar-mengajar di sejumlah sekolah dasar negeri yang biayanya berasal dari Bantuan Operasional Sekolah.

Jadi, yang dikenakan pajak adalah uang negara dan uangnya untuk pemerintah kota, dong? Jadi yang iuran siapa? Rakyat atau negara?

Selasa, 23 Juni 2009 | 04:01 WIB

DEPOK, KOMPAS - Sejumlah kepala sekolah dasar negeri mengeluhkan pajak yang dikenakan Pemerintah Kota Depok terhadap kegiatan belajar-mengajar. Pajak yang harus disetorkan ke Inspektorat Daerah Kota Depok ini menghabiskan dana Bantuan Operasional Sekolah yang justru diperlukan untuk melaksanakan kegiatan belajar-mengajar.

”Hampir seluruh kepsek (kepala sekolah) mengeluhkan hal tersebut. Pajak yang diberlakukan sangat memberatkan pihak sekolah,” kata Juwito, Kepala SDN Depok Baru 7, Jalan Semangka, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Senin (22/6).

Juwito menambahkan, dalam rincian pajak yang harus dibayar pihak sekolah kepada Pemerintah Kota Depok, terdapat pajak penggandaan soal ulangan umum yang besarnya mencapai 10 persen.

”Kegiatan ulangan umum merupakan kebutuhan siswa, tetapi mengapa tetap dikenai pajak? Hal ini tentu saja menjadi beban kepala sekolah,” ujarnya.

Setiap sekolah juga dikenai pajak pembelian alat-alat sekolah, seperti komputer, sebesar 5 persen.

Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, sejak tahun 2007 semua SD di Depok dilarang memungut biaya pendidikan dari siswa. Sebagai gantinya, setiap sekolah menerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang berasal dari pemerintah pusat dan dana BOS pendamping dari Pemerintah Kota Depok sebesar Rp 400.000 per siswa per tahun. Namun, dana ini tidak cukup untuk membiayai seluruh kegiatan sekolah.

Keberatan serupa disampaikan Lya Cicilia Yuliarti, Kepala SDN Beji I. Soal pajak ini juga dianggap menambah beban kerja karena ia harus melakukan penghitungan nilai pajak.

Lya ingin ada penjelasan dari Direktorat Jenderal Pajak maupun Inspektorat Daerah karena besaran pajak yang harus dibayar masih kurang jelas. (muk)

16 June 2009

Bilang Dari Tadi Dong, Mbak

Kemarin teman saya Kara berulang tahun. Saya dan Mita dimintai tolong oleh Bas, pacarnya Kara, untuk membuat pesta kejutan di rumah Kara. Rencananya kami menunggu mereka di sana sementara mereka pergi makan malam.

Sesampainya di rumah Kara, kami mencoba menghubungi Bas untuk memastikan posisinya. Karena Blackberry Mita tidak mendapat sinyal sehingga tidak bisa digunakan, kami memutuskan untuk menghubungi Bas melalui telepon genggam saya.

"Berapa nomernya Bas, Mit?" tanya saya. Saya kenal Bas belum lama, jadi belum punya nomor telepon genggamnya.

"085885509885." jawab Mita.

Saya lalu mengirim pesan singkat ke Bas. Maklum, tidak ada pulsa untuk menelepon.

'Bas kta uda nyampe..nunggu d mana ya enaknya?minta no wira dong'

Tidak lama kemudian, Bas menjawab.

'Duren 3 aja yuk'

Saya dan Mita saling pandang. Aneh, bukankah seharusnya kami bertemu di sini?

'Duren sektor 3 itu?ato gmana?'

Saya teringat tempat makan durian yang berada di Sektor 3, Bintaro.

'Depan taman pahlawan..tar gw keluar dah'

Aduh. Kalau taman pahlawan Bandung sih saya tahu.

'Dmana ituuu?!'

'Pancoran,masa lo ga tau siy!'

Ya ampun. Bas keterlaluan. Pancoran terlalu jauh dari Bintaro. Dan sekarang sudah kelewat malam.

"Gimana nih, Mit?" saya bertanya pada Mita. Dia sih enak naik mobil. Saya kan naik motor.

"Kita tanya supir gw bentar ya?" jawabnya. "Takutnya kejauhan."

Saya lalu mengirim hasil diskusi singkat kami ke Bas.

'Bntar gw konsultasi dulu ama supir mita.hehe'

Belum sempat kami berkonsultasi dengan supirnya Mita, Bas mengirim pesan singkat yang membuat kami kaget.

'Ngapain konsultasi...jgn lupa bwa bunga 7 rupa,,gw di dlm makam,,org rumah gw dkuburan..emang nama sapa!lo salah kirim..gw inah tau.'

Hening sejenak.

"Mit, coba sebutin nomernya Bas sekali lagi." saya bertanya pada Mita.

"085885509855, Man." kata Mita.

"55? Lo bilang tadi 85?!"

Ternyata, dari tadi kami berkomunikasi dengan orang yang salah. Dengan seseorang bernama Inah. Belum lagi hilang rasa sebal kami, tiba-tiba telepon genggam saya berbunyi. Ada pesan baru dari nomor yang tadi.

'Knalan dunk'


Bah.